KITABACA.ID – Persatuan merupakan syarat mutlak untuk mencapai kejayaan. Hal itu sudah terjadi dalam sejarah bangsa Nusantara ini. Kini, kemerdekaan sudah ditangan, bahkan sudah berkali-kali dinikmati dan tidak habis.
Tidak aneh jika ada pihak diluar sana ada yang “kesengsem/ngiler” dengan kenikmatan di Indonesia. Pertarungan kebaikan dan keburukan memang belum selesai selama bumi ini masih disinari sang Surya. Para pejuang negeri Nusantara yang tulus telah mengorbankan segala-galanya untuk memberikan kemerdekaan kepada anak cucunya.
Kini anak cucunya di incar lagi, karena mereka para penjajah terdahulu beranak cucu juga dan tidak semuanya bertobat. Para pejuang nasionalis identik dengan JAS MERAH (Jangan Sampai Melupakan Sejarah) dan para ulama yang berjuang untuk Nusantara identik dengan JAS HIJAU (Jangan Sampai Hilangkan Jasa Ulama).
Para pejuang yang berpaham Nasionalis darahnya yang merah mendidih jika bangsa Indonesia ini diganggu oleh negara lain. Para pejuang yang berpaham Religius keberanian Macan-nya akan keluar jika bangsa Indonesia diganggu negara lain.
Negeri Indonesia ini adalah negeri macan, bermacam – macam jenis macan berada di dalamnya. Hanya saja, macan Nusantara merupakan macan yang “jinak tapi tidak jinak”. Ia tidak bersifat buas terhadap yang lain, bahkan ia sering tidur asal negerinya aman. Tetapi jangan sampai ia digoyang-goyang, jangan pernah membangunkan macan yang sedang tidur pulas.
Nusantara merupakan salah satu negeri tertua yang pernah ada dipermukaan bumi Allah ini. Kerajaan-kerajaan besar telah pernah bertengger dengan megah menjaga Nusantara ini. Yang kesohor diantaranya adalah Sriwijaya dan Majapahit.
Nusantara terus berjalan secara bergiliran dipimpin oleh orang-orang besar. Setelah Majapahit sampai kepada saat giliran diganti, para da’i Islam kemudian menggantikan kepengurusan penjagaan bumi Nusantara ini.
Bahkan semenjak masa Mahapahit pun sudah ada raja yang muslim yang bernama Arya Wiraraja, penguasa kerajaan Lumajang. Masa kepengurusan Islam kemudian dilanjutkan oleh para mentor-mentor Islam yang digdaya dan flamboyan di masyarakat Nusantara, yang namanya sampai saat ini dikenal begitu luhur dan bermakna oleh umat Nusantara, merekalah para “wali songo”.
Dikatakan, walisongo merupakan tim wali sembilan yang bila salah satu mereka kembali ke Rahmatullah, maka akan diisi oleh wali yang lain. Begitu seterusnya sampai masa mereka selesai, karena sudah dilanjutkan oleh kerajaan-kerajaan Islam yang awalnya didesain oleh oleh walisongo ini.
Para walisongo ini telah menerbitkan wali-wali besar berikutnya, sampai pada masa kita ini. Banyak orang-orang besar di bumi Nusantara ini yang kesohor dengan kewaliannya. Untungnya kita, masih bisa melihat sebagian wali-wali tersebut, minimal mendengar cerita-ceritanya.
Dikatakan begini karena kita yakin dengan adanya kewalian tersebut. Taruhlah Syaikhona Kyai Ahmad Kholil Bangkalan Madura, Hadrotussyaikh Kyai Hasyim Asy’ari Jombang, Kyai As’ad Syamsul Arifin Situbondo, Kyai Kyai Hamid Pasuruan, Gus Mik Kediri, Guru Sekumpul Kalimantan Selatan dan sederet wali-wali besar Nusantara lainnya baik yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.
Mereka dikatakan wali karena fenomena alam yang melingkupinya telah memberikan sinyal, bahwa mereka memang benar-benar berbeda dari manusia biasanya. Penuh keindahan, kekaramahan, dan pemandangan jiwa indah yang lain bahkan setelah mereka meninggalkan alam yang fana ini.
Akal sehat yang benar-benar sehat, akan kagum melihat mereka. Semoga kewalian di Nusantara ini akan sampai pada akhir zaman. Sungguh Nusantara telah menjadi salah satu negeri pilihan Allah. Di dalamnya telah ditumpahkan oleh-Nya para wali-wali-Nya setiap zaman.
Sungguh ini adalah nikmat yang tak ternilai. Masih kurang gimana. Tidakkah ini dibaca oleh jiwa-jiwa yang mencintai para wali.. Kewalian bukanlah sesuatu yang ganjil apalagi mustahil, kewalian memang benar-benar ada kecuali bagi yang tidak yakin. Bukankah Allah menegaskan
أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (10: 62)
Dan barang siapa yang memusuhi para waliku kata Allah, maka aku menyatakan perang terhadapnya.
مَن عادى لي وليًّا فقد آذنتُه بالحرب
Bukankah negeri Nusantara dipenuhi para wali Allah…?
والله أعلم بالصواب