KITABACA.ID – Allah memberikan keunikan pada setiap ciptaan-Nya. Mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar. Keunikan yang diberikan berbeda-beda satu sama lain sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihuni. Bumi dihuni oleh berbagai kelompok manusia dengan etnis, ras dan perbedaan-perbedaan lain yang dimiliki. Perbedaan apapun yang ada telah membawa manusia kepada keadaan dan suasana bathini yang berbeda. Ada rasa, kecenderungan serta keberpihakan-keberpihakan alami sebagai manusia. Maklum sekali.
Allah Maha Lihai, Maha Canggih dalam menciptakan rasa. Rasa adalah citra bathini yang sangat atomis dan mengagumkan. Ia tidak terlihat tetapi perpengaruh. Ia tidak kelihatan tetapi mampu menjadi energi penggerak yang dahsyat. Dia menciptakan rasa persaudaraan untuk menjaga identitas persaudaraan dan kesukuan, Dia menciptakan rasa kehormatan untuk membela diri, persaudaraan dan suku. Dia menciptakan rasa nasionalisme untuk menjaga bangsa. Dia menciptakan rasa Agama untuk menjaga keyakinan. Dia menciptakan rasa kemanusiaan untuk menjaga perdamaian. Dan “rasa-rasa” itu pernah dan masih hinggap dalam hati penduduk Nusantara.
Nusantara merupakan negeri seribu rasa karena di dalamnya hidup berbagai macam rasa kehidupan. Dan rasa itu tidak serta merta menjelma menjadi rasa yang benar-benar terasa, tetapi melewati proses yang panjang. Di awali dengan penanaman yang dilakukan oleh para pendahulu kemudian dilanjutkan dengan pemupukan dari generasi ke generasi. Sehingga terwujudlah berbagai macam rasa. Di Nusantara rasa-rasa itu tersusun sedemikian rapi dan berjalan dengan fungsinya masing-masing. Rasa suku, rasa kedaerahan, rasa persahabatan, rasa organisasi, rasa ideologi bahkan rasa keagamaan. Uniknya di Nusantara, rasa-rasa itu takluk dan lebur dalam satu rasa, “rasa cinta tanah air”. Jika rasa cinta tanah air yang muncul maka semua rasa berenergi menjadi satu. Semua menjadi saudara, saudara senasib, seperjuangan. Perbedaan rasa telah menjadi perekat jaring rasa. Jaring yang kokoh yang siap menjerat siapapun yang akan menganggu. Jaring rasa yang kokoh tersebut telah menjadi kekuatan besar bagi perjalanan Islam Nusantara yang menjadi tumbuh subur di bumi pertiwi ini. Islam yang lahir di negeri Arab dikirim ke Nusantara melalui para mentor Islam. Dengan tangan-tangan piawainya Islam di tanam dengan menggunakan rasa juga. Islam yang hidup menjadi semakin hidup. Islam semakin menunjukan buktinya di tanah Nusantara sebagai agama yang penuh rasa.
Islam di Nusantara tumbuh dengan subur penuh keindahan. Beragam model acara di sudut-sudut negeri ini penuh dengan nafas Islam. Di mana-mana para ahli ilmu dan agama dihormati dan ditaati oleh umat. Bocah-bocah kecil, di sore hari sampai malam penuh riang belajar Qur’an. Setiap mingguan atau bulanan, generasi muda terlihat berenergi mengadakan pertemuan organisasi keagamaan. Pemandangan indah tersebut kian hari semakin terang benderang. Nusantara kini dimana-mana sering terlihat jemaah berjubel menghidupkan syi’ar Islam dengan beragam kegiatan. Jaring rasa cinta tanah air di Nusantara telah melahirkan pusaran jaring rasa Islami yang kuat dan elegan.
Allah s.w.t telah memberikan nikmat besar di bumi pertiwi ini. Namun bukan nikmat namanya jika tidak ada upaya kedengkian mengganggunya. Kenikmatan selalu ada pengintainya. لكل نعمة Ù…Øسود . Banyak pihak yang tidak menginginkan Islam jaya. Lebih-lebih Islam di Nusantara. Negeri seribu rasa yang memeluk seribu pulau, menebar seribu aroma. Ditangan umat Nusantaralah anugerah Ilahi ini diamanatkan untuk disyukuri dan dijaga. Sebuah amanah yang wajib dijaga agar nikmat ini tetap terjaga bahkan akan ditambah kenikmatan selanjutnya.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (ٍَِQS. Ibrahim(14): 7)
والله الموفق إلى أقوم الطريق