KITABACA.ID – Puasa adalah ibadah tertua dalam sejarah kehidupan manusia. Puasa dengan berbagai macam bentuknya telah dilakukan oleh umat sebelum umat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Kata puasa Bahasa Arab disebut Shaum, artinya adalah mencegah atau menahan diri. Banyak variasi atau model berpuasa; ada yang berpuasa tidak berbicara dengan orang lain, ada yang berpuasa tidak makan makanan tertentu dalam batas waktu tertentu, ada puasa seperti kita, orang Islam, yaitu tidak makan tidak minum dan tidak bersetubuh dengan pasangan atau melakukan hal-hal yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.
Doktor Ali Abdul Wahid menyebutkan sebagaimana dikutip oleh Al Jurjawi dalam kitab Hikmat al-Tashri wa falsafatuhu bahwa di Australia jika seorang istri ditinggal mati oleh suaminya maka dia akan melakukan puasa yaitu tidak berbicara dengan orang lain selama beberapa waktu bahkan sampai satu tahun. Tradisi ini mengikuti tradisi orang Yahudi yang juga mengikuti apa yang dilakukan oleh Siti Maryam, ibu dari Nabi Isa AS. Dalam keadaan mengandung Siti Maryam mendapat perintah dari Allah SWT untuk tidak berbicara dengan orang lain sebagaimana dalam QS. Surat Maryam ayat 26 ;
فَقُوْلِيْٓ اِنِّيْ نَذَرْتُ لِلرَّحْمٰنِ صَوْمًا فَلَنْ اُكَلِّمَ الْيَوْمَ اِنْسِيًّا ۚ
maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” (QS. Maryam: 26)
Dalam agama Islam kita diwajibkan berpuasa di Bulan Ramadlan. Ayat yang mewajibkan tentang puasa ini adalah QS. Al-Baqarah ayat 183;
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS. Al-Baqarah; 183)
Mari kita lihat kata yang digunakan oleh Allah SWT dalam ayat tersebut yakni kata كتب. Kata ini adalah bentuk pasif atau bina majhul dalam bahasa arab. Pilihan kata ini bukanlah sembarangan, bukan tanpa sebab atau alasan. Prof. Dr. Habib Quraish Shihab, MA. menyebutkan dalam buku tafsir Al Misbah bahwa pilihan kata ini agaknya ini menunjukkan bahwa manfaat dari puasa itu sangat besar dan seandainya puasa itu tidak diwajibkan oleh Allah maka manusia sendiri yang kemudian akan mewajibkan nya untuk dirinya sendiri.
Selanjutnya dalam ayat tentang puasa tersebut, kata كُتِبَ (diwajibkan) disebutkan lagi dengan disandingkan dengan عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ (pada umat-umat sebelum kalian). Ini menunjukkan bahwa sebelum Nabi Muhammad SAW hadir ke dunia dengan syariatnya puasa sudah dilakukan oleh umat lain sebelum umat Islam.
Dalam kajian perbandingan agama disebutkan bahwa orang Mesir kuno sudah mengenal puasa sebelum mereka mengenal agama samawi. Praktik puasa ini kemudian berpindah kepada umat Yunani dan Romawi. Dalam al-Fahrasat, ibn Nadim menyebutkan bahwa agama penyembah Bintang berpuasa tiga puluh hari dari satu tahun kadang ada puasa opsional selama 16 hari atau 27 hari. Umat Hindu, Budha dan Kristen juga memiliki ritual puasa tersendiri. (penjelasan lebih lanjut lihat; M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah. Ciputat: Lentera Hati. Jilid 1 hal. 485)
Puasa yang dilakukan oleh umat umat terdahulu tersebut tidak semuanya merupakan perintah dari Allah SWT. Yang mewajibkan puasa adalah rahib atau pemuka-pemuka agama sendiri. Dalam tradisi Jawa ada model puasa nyirih wohing damen yaitu tidak makan makanan yang berasal dari beras seperti nasi, ketan atau kue-kue yang berbahan beras dalam tempo 7 hari. Puasa ini biasanya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan spiritual seseorang. Puasa ini lahir dari spiritualis jawa kuno.
Selain dalam konteks hubungan dengan agama atau spiritualitas kita bisa melihat saat ini; dalam dunia kedokteran pasien akan dipaksa untuk puasa (tidak makan dan tidak minum dalam beberapa jam) sebelum melakukan proses operasi atau proses pengobatan selanjutnya. Kadang-kadang pasien dilarang makan makanan tertentu sebagai salah satu cara untuk mengobati penyakitnya..
Dari sini kita bisa lebih menyadari bahwa puasa sangat penting bagi kita, bukan hanya dalam konteks keimanan tapi juga dalam konteks kemanfaatan bagi kesehatan kita.
والله أعلم بالصواب