KITABACA.ID – Pada akhir Ramadlan dan awal awal bulan Shawwal tahun ini, 1442 H/2021 M, umat Islam seluruh dunia dikejutkan oleh serangan Israel ke palestina. Serangan ini membuat warga palestina menyambut Idul Fitri dengan penuh ketakutan dan duka. Umat Islam sedunia mengecam serangan tersebut. Reaksi berupa kecaman dari seluruh umat Islam sedunia tersebut timbul karena adanya rasa persaudaraan antar umat Islam yakni persaudaraan seiman sebagaimana penulis bahas pada tulisan sebelumnya.
Ikatan persaudaraan seiman memiliki energinya sendiri dalam sebuah agama. Energi(kalau boleh penulis sebut demikian) ini sangat kuat dalam agama Islam. Kuatnya energi persaudaraan ini bisa dilihat dari penyebutan kata saudara dalam Al-Qur’an sebagaimana tersurat dalam surat al-Hujurat ayat 10;
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Terkait persaudaraan ini Nabi Muhammad SAW menyebutkan sebagaimana tertulis dalam Shahih Muslim:
المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ
Artinya : Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lainnya. Tidak boleh mendhaliminya dan tidak boleh pula menyerahkan kepada orang yang hendak menyakitinya
Kata إخوة merupakan jamak/plural dari kata أخ yang memiliki arti saudara dalam bahasa Indonesia. Penulis menyebutkan pada tulisan sebelumnya bahwa kata إخوة digunakan dalam kaitan persaudaraan sedarah. Kata ini disebut sebanyak 7 kali dalam al-Qur’an dan hanya dalam 1 ayat ini Allah Ta’ala menyebutnya dalam konteks persaudaraan tidak sedarah, melainkan persaudaraan seiman. Penyebutan saudara seiman dengan kata إخوة merupakan pernyataan dari Allah Ta’ala atas kuatnya iman sebagai dasar persaudaraan. Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya الجَامِع لأَحْكَامِ القُرْآن yang disebut juga Tafsir al-Qurthubi menyebutkan :
لِهَذَا قِيلَ: أُخُوَّةُ الدِّينِ أَثْبَتُ مِنْ أُخُوَّةِ النَّسَبِ، فَإِنَّ أخوة النسب تنقطع بمخالفة الدين وَأُخُوَّةَ الدِّينِ لَا تَنْقَطِعُ بِمُخَالَفَةِ النَّسَبِ
Artinya: oleh karena itu dikatakan bahwa persaudaraan seiman lebih kokoh dari pada persaudaraan karena nasab. Persaudaraan karena nasab akan terputus karena perbedaan agama sementara itu persaudaraan seiman tidak akan terputus karena perbedaan keturunan.
Dr.Wahbah Zuhaili mengamini pendapat tersebut dalam kitab التفسير المنير;
فالأخوة في الدين أقوى وأدوم من أخوة النسب والصداقة، وهو تعليل للأمر بالإصلاح، لذا كرر الإشارة إلى الإخاء مرتبا عليه الأمر بالإصلاح، فقال: فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ إذا تنازعا
Artinya; Persaudaraan seiman lebih kuat dan lebih langgeng dari pada persaudaraan sedarah atau pertemanan biasa. Hal ini merupakan alasan dari adanya perintah untuk berdamai. Oleh karena itu Allah Ta’ala mengulangi isyarat atas persaudaraan seiman tersebut dengan diikuti dengan perintah melakukan perdamaian. Maka Allah Ta’ala berfirman : Maka damaikanlah(perbaikilah hubungan) dua saudara kalian jika mereka berselisih/bertengkar.
Dari surat al-Hujurat ayat 10, Hadits Nabi Muhamamad SAW serta tafsir ayat tersebut di atas kita bisa memahami bahwa ikatan persaudaraan berbasis keimanan sangat kuat melebihi ikatan persaudaraan karena nasab. Hal itu diafirmasi sendiri oleh Allah Ta’ala sebagaimana kita lihat penyebutan persaudaraan seiman dengan kata اخوة, kata yang seharusnya digunakan dalam konteks persaudaraan nasab atau sedarah. Allah Ta’ala melalui ayat tersebut juga memerintahkan kepada umat Islam untuk menjaga ikatan persaudaraan seiman di samping ikatan persaudaraan yang lain.
Selain itu kita bisa melihat pilihan kata إخوة dalam konteks ini juga menunjukkan bahwa ada rahasia dalam pilihan diksi dalam Al-Quran di samping rahasia-rahasia dari aspek lain yang harus ditemukan dan diungkap oleh umat Islam.
والله الموفق إلى أقوم الطريق