KITABACA.ID – Umat akhir periode ini lahir ditaqdirkan sebagai umat Nabi Muhammad s.a.w. Beliau ialah Nabi yang meneruskan perjuangan Nabi-Nabi sebelumnya, menebarkan kebaikan.
Segala nilai kebaikan yang dirasakan seluruh manusia (nilai-nilai universal) terhimpun kepada sosok manusia agung tersebut. Dan nilai-nilai universal yang berporos kepada beliau berbobot sedang (tawassuth), seimbang (tawazun), takarannya dan bumbunya pas.
Tidak terlalu berat atau ringan tapi anteb dan tidak terlalu pedas atau hambar tapi gurih. Nabi Muhammad ialah Nabi sistesis dari nabi-nabi sebelumnya.
Sebelum Nabi Muhammad, ada dua Nabi Allah yang saleh, mereka adalah Nabi Yahya dan Nabi Isa alaihimas salam. Nabi Yahya ialah seorang Nabi yang terkenal dengan kepribadiannya yang sangat serius.
Bawaannya khusyuk seperti orang takut karena beliau takut kepada azab Allah s.w.t. dan memang benar-benar takut. Perilaku tersebut logis karena Allah memang Maha dahsyat siksaan-Nya. Mengerikan!!! Manusia pasti tidak mampu.
Kena kembang apinya rokok saja, orang sudah terkejut. Itu belum kembang apinya mercon apalagi neraka. Semoga kita selamat dari siksa Allah. Amin. Sekelas Nabi saja seperti Nabi Yahya takutnya bukan main dengan api neraka sehingga berpengaruh pada sikapnya.
Sehingga yang selalu beliau cari adalah golongan orang-orang pilihan. Kemungkinan agar tidak terpengaruh oleh perilaku mereka. Maunya ngumpul dengan orang-orang baik saja.
Jika demikian, kemungkinan akan bersikap kasar terhadap orang jelek, marah tak ada ampun terhadap orang jelek. Sikap ini adalah sangat mulya ketika zamannya Nabi Yahya karena konteknya zaman dulu.
Namun jika ada segolongan orang zaman sekarang, mudah marah, temperamental atau sumbu pendek, maka sudah tidak zaman lagi. Mereka itu pantasnya jadi umat Nabi Yahya. Dan sudah dimaklumi bersama, bahwa Nabi Yahya sudah purna tugasnya.
Nabi Yahya telah mengajarkan sebuah ajaran sebelah sisi agama sebagai penemuan awal atau tesis sebagaimana bahasa akademis. Tesis dari Nabi Yahya berupa ajaran peringatan (نذير). Dan kini masa aktifnya telah habis. Datanglah utusan berikutnya dengan masa aktif baru dialah Nabi Isa.
Berbeda dengan Nabi Yahya, Nabi Isa berkepribadian ceria penuh senyum karena beliau selalu melihat dan merasakan kasih sayangnya Allah s.w.t. (ar-Rahman, ar-Rahim). Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, Kasih Sayang-Nya tak terhingga.
Maka tidak heran beliau sangat penyabar, penuh kasih terhadap umatnya saat itu. Bahkan ada ajaranya yang terkenal hingga kini “jika kamu ditampar pipi kananmu maka berikanlah pipi kirimu” betapa hebatnya ajaran itu.
Namun terkadang ada yang salah tafsir karena terlalu tektual. Ada kejadian lucu di film Hongkong “The Drunken Master”. Ada seorang yang berpura-pura menjadi pendeta. Di saat dia keliling desa bertemu dengan sekelompok orang yang berkelahi.
Kemudian pendeta itu mendatangi dan berusaha melerai sambil berkata “Berhentilah berkelahi, jika kamu ditampar pipi kananmu maka berikanlah pipi kirimu”. Kemudian tiba-tiba ada orang yang menamparnya. Dia kemudian menjerit “ini kekerasan!!!”. Ternyata sikap tektualis memang membahayakan.
Keceriaan Nabi Isa alaihis salam merupakan sikap ilmiah diagonal yang berposisi sebagai counter terhadap sikap Nabi Yahya alaihis salam yang dikenal dengan istilah antitesis dalam bahasa akademisnya. Nabi Isa datang sebagai utusan Tuhan untuk memberikan kabar gembira kepada umat manusia.
Dua utusan agung tersebut seolah-olah berposisi pada sebelah kanan dan kiri dan berjalan sendiri-sendiri. Yang satu menunjukan betapa pentingnya rasa takut kepada Allah dan yang satu menunjukan betapa pentingnya rasa gembira dengan Allah.
Dan sudah dimaklumi Nabi Isa telah purna tugasnya. Dia sudah selesai masa aktifnya. Kalo ada zaman sekarang segolongan orang yang maunya gembira terus maka pantasnya jadi umat Nabi Isa.
Kemudian datanglah Nabi Muhammad s.a.w utusan berikutnya, seorang Nabi yang meramu dua sikap di atas dan memerah saripatinya yang paling bernilai sehingga diperolehlah ajaran yang intrinsik yakni ajaran Islam yang agung.
Ajaran yang penuh dengan lambang kebijaksanaan yang tercermin dalam kepribadian Nabi Muhammad baik dalam tutur dan tindakan. Nabi Muhammad telah berhasil tampil sebagai sosok agung nan bijaksana yang bermuatan ajaran perpaduan dari kedua Nabi di atas bahkan Nabi-Nabi sebelumnya.
Yah, begitulah Nabi kita, sintesis akademis. Sikap tersebut di abadikan oleh umatnya yang shaleh dalam tindak tuturnya sehari-hari. Karena memang ajaran tersebut dipersembahkan untuk umatnya.
Walisongo yang telah berhasil mengislamkan Nusantara telah meneladani sikap Nabinya. Mereka berdakwah dengan penuh bijaksana tanpa meneteskan darah. Padahal jika mereka mau mereka bisa melakukan dakwah dengan cara keras.
Mereka adalah para wali Allah yang tentunya pasti diberi karomah atau kedigdayaan. Tidak takut dengan perang. Tapi mereka menghindari kontak senjata dalam berdakwah kecuali darurat.
Maka dengan alasan apalagi umatnya Nabi ini mau bersikap kasar terhadap sesamanya. Manusia akhir zaman ini bukan umatnya siapa-siapa tetapi umatnya Nabi Muhammad s.a.w. Umat yang harus moderat, seimbang dan terukur. Bukan umat yang temperamen dan gegabah. Jika ingin mengajak kepada kebaikan ajaklah dengan simbol kebijaksanaan.
ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (16: 125)”
والله الموفق إلى أقوم الطريق