islam nusantara
Islam Nusantara, menjaga kestabilan hati. sumber : https://www.sufinesia.com/

Kompas Islam Nusantara (14); Menjaga Kestabilan Hati

KITABACA.ID – Segala puji bagi Allah s.w.t. atas segala anugerah-Nya. Hidup adalah anugerah-Nya yang harus disyukuri dengan penuh tanggung jawab. Tugas manusia adalah menjalankan misi kehambaan terhadap-Nya serta menjaga pemberian-Nya.

Hidup di bulan-bulan setelah bulan Ramadhan adalah hidup dalam rangka mempertahankan pemberian-Nya yang selalu dianugerahkan-Nya setelah melaksanakan puasa Ramadhan. Jaminan Allah sangat terang benderang bagi siapa yang telah berpuasa di bulan tersebut karena iman dan mengharapkan kebaikan, maka akan dihapus segala dosanya.

من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه

“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadan karena iman dan mengharapkan kebaikan, maka diampuni dosa yang telah lewat”.

Ini adalah perkataan Nabi, bukan sembarang orang. Kata-katanya terpercaya. Jaminan tersebut logis jika diukur dengan neraca akal.

Seperti diketahui, puasa itu berat. Jika bukan karena iman, orang tidak akan berpuasa. Berpuasa itu lapar dan tidak enak.

Selanjutnya, beratnya puasa tersebut juga logis jika diukur dengan neraca akal, karena sesuatu yang akan diperoleh setelah berpuasa bukan sesuatu yang remeh temeh, tetapi sesuatu yang luhur yakni motivasi Allah yang hendak menjadikan orang yang berpuasa menjadi orang yang taqwa (Muttaqin). Dalam al-Qur’an firman Allah:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, mudah-mudahan kalian semua bertaqwa”

Kata Allah لعلكم تتقون (agar kamu sekalian menjadi orang yang bertaqwa). Kalam ini adalah motivasi Allah yang bisa diartikan sebagai penganugerahan gelar Muttaqin.

Jadi, ketika umat Islam merayakan sholat id pada hari raya idul fitri, bisa ditamsilkan sebagai gelaran hajatan wisuda akbar dalam rangka mendapatkan gelar Muttaqin yang disematkan langsung oleh Allah pada jiwa orang-orang yang telah berpuasa di bulan Ramadhan. Gelar yang derajatnya di atas gelar-gelar yang lain. Mudah-mudahan kita mendapatkannya.

Di hari-hari selanjutnya, tugas manusia adalah menjaga anugerah gelar Mutaqqin tersebut, karena ketika seseorang mendapatkan sebuah penghargaan, bukan kemudian dia mendiamkan begitu saja, tetapi harus menjaganya, merawatnya.

Seperti orang yang telah mendapatkan hidayah dalam hidupnya. Setelah seseorang mendapat hidayah bukan berarti dia berdiam diri begitu saja, karena selanjutnya akan mengahapi level ujian-ujian berikutnya.

Seseorang yang dalam hidupnya telah mendapatkan hidayah, dalam faktanya, minimalnya ada dua ujian yang terjadi. Pertama, serangan kebosanan dan kejenuhan dalam beribadah. Misalnya orang yang baru sadar dari perilaku buruknya, karena hidayah Allah.

Setelah mendapat hidayah, orang tersebut bertaubat dengan rajin melaksanakan shalat. Di kemudian hari, bukan berarti dia akan lepas dari ujian kebosanan dan kejenuhan dalam beribadah. Makanya tidak boleh lalai.

Kedua, serangan kesombongan. Seseorang yang rajin beribadah, kadangkala karena kerajinannya muncul rasa bangga dengan ibadahnya bahkan dia merasa bahwa ibadahnya adalah kekuatan dirinya.

Kasus seperti ini, pada hakekatnya telah menjadikan seseorang menyembah dirinya sendiri. Oleh karena itu, Allah dan Rasul-Nya mengajarkan doa:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

“(Mereka berdo’a): “Ya Tuhan kami janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi”

Doa tersebut sebagai harapan agar kita tidak dicuekin oleh Allah setelah mendapat hidayah-Nya. Dalam tafsir al-Jami‘ li Ahkam al-Qur’an karya Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurtubi diterangkan bahwa doa yang sering dibaca oleh Nabi Muhammad s.a.w adalah:

يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك

“Wahai Dzat Yang Membolak balikkan hati, tetapkanlah hatiku atas agama-Mu”

Dari hal ini, anugerah dari Allah baik berupa anugerah ragawi atau bathini harus senantiasa dijaga guna menjaga kestabilan hati agar senantiasa tetap mantab dan lurus total kepada Sang Pencipta.

والله الموفق إلى أقوم الطريق

About Nur Yasin

Check Also

imam mandataris imam

Imam, Mandataris Imam dan Mahdi dalam Tradisi Syiah

KITABACA.ID – Konsep Imam, Mandataris Imam dan Mahdi menempati posisi sentral dalam tradisi Syiah, terutama dalam …